Dengan susah payah akal sehat menahan si hati. Si hati yang akhir-akhir ini tak tenang melihat dia dari jauh, Si hati yang selalu tergoda menyapa dia lagi, Si hati yang hampir hanyut bersama derasnya sungai rindu, Si hati yang berani-beraninya mendamba dekapan dirinya.
Kadang akal sehat menampar keras si hati. Tak ingin membiarkan si hati melalang buana kemana-mana, karna si hati bisa saja kembali pada sang penantian. Namun tak jarang akal sehat tak berdaya, sebab rindu begitu klimaks.
Lantas harus bagaimana sekarang? Apa selamanya akan begini? Apa hati harus ditawan, agar terlatih santun? Atau harus mengorbankan hati yang lain agar sang penantian tak lagi dingin?
Bandung, 10 Juni 2018 Merliana Trince
Comments