![](https://static.wixstatic.com/media/459937_955a2cd3c5334371890c9b5d79844a7f~mv2.jpeg/v1/fill/w_980,h_653,al_c,q_85,usm_0.66_1.00_0.01,enc_auto/459937_955a2cd3c5334371890c9b5d79844a7f~mv2.jpeg)
Aku hanya sebuah puisi. Yang ditulis para pujangga diatas kertas. Bertalu-talu bersama debaran jantung sang pujangga. Menggeliat mesra bersama pena dan jemarinya.
Aku hanya sebuah puisi. Kadang tampil dengan anggunnya, Kadang tampil bak preman bertelanjang dada. Kadang tampil penuh tawa, Kadang tampil terisak-isak.
Aku hanya sebuah puisi. Berisi kumpulan kata-kata yang jarang di pahami. Dibubuhi tanda tanya sebagai titik oleh sang pujangga. Namun kadang tampil buka-bukaan tak tau malu tanpa titik.
Aku hanya sebuah puisi… Kadang hanya dilewati begitu saja, tanpa di tengok sebentar. Kadang disinggahi dan diindahkan sejadi-jadinya.
Aku hanya sebuah puisi… Manis dikecap oleh jiwa-jiwa pengagum estetika, Hingga kadang meninggalkan tirta diatas kertas. Melunturkan tintanya, namun menyisahkan sarinya. Aku hanyalah sebuah puisi.
Yogyakarta, 15 Juni 2019 Merliana Trince
Comments