![](https://static.wixstatic.com/media/459937_7f02a16169404f9f9b9d06b93d4f416c~mv2.jpg/v1/fill/w_980,h_653,al_c,q_85,usm_0.66_1.00_0.01,enc_auto/459937_7f02a16169404f9f9b9d06b93d4f416c~mv2.jpg)
Sekali lagi tentang senja. Senja yang menghangatkan. Sama sepertimu, yang dalam hening melerai beku. Membuatku kagum.
Sore ini ada senja. Memerah dan anggun di peraduan keabadiannya. Memandang manis dari balik barisan bukit bumi Parahyangan.
Aku memandangnya dengan takjub namun kau tak disini, cintaku. Kopi hitam berusaha membungkam dingin ini, namun tak cukup, cintaku. Lalu kucoba mengingatmu dalam kebisuan. Dan itu malah menyakitkan.
Bodohnya aku! Tentulah kau kuingat dalam senja ini.
Bukankah senja ini baru selesai menghampirimu? Sebab baru saja ku lihat jejak cendrawasih dalam sinarnya. Mengantarkan damba yang sama. Menggetarkan rindu yang sedang tenang.
Senjaku sayang, lain kali berlama-lamalah dikau disini. Biar ku resapi wajah kekasihku. Biar ku tau dia menungguku.
Ya ampun! Ini senja pertamaku di Kota ini. Dan ini senja yang manis. Senja nan penuh, sepenuh cintaku. Senja di Bandung dan kau tak disini.
Bandung, 12 Mei 2018
Comments