![](https://static.wixstatic.com/media/a27d24_05dd41ca2c70481b99ab772110a46504~mv2.png/v1/fill/w_980,h_672,al_c,q_90,usm_0.66_1.00_0.01,enc_auto/a27d24_05dd41ca2c70481b99ab772110a46504~mv2.png)
Sudah hampir 3 minggu saya tinggal dirumah saja. Tidak kemana-mana.
Di apartemen ini saya tinggal bersama dua orang teman saya yang juga berasal dari Indonesia. Namun saat ini kami tinggal berdua di apartemen karena salah satu roommate saya sedang berada di state lain untuk libur musim seminya, dan sekarang tidak bisa kembali lagi ke Auburn karena pandemic ini. Saya dan roommate saya saat ini sudah stock bahan makanan. Kulkas dan lemari kami sudah terisi cukup makanan untuk kami bertahan hidup dalam apartement ini. Sementara itu kota Auburn walaupun tidak seramai kota-kota lain di Amerika, namun hari-hari ini sudah begitu sepi. Hampir semua orang beraktifitas dari rumah. Aktifitas Pendidikan; belajar mengajar, dan kerja semua dilakukan dari rumah saja. Tisu toilet, cairan disinfectant, hand sanitizer dan sabun cuci tangan menjadi primadona di seluruh toko dan supermarket. Topik perbincangan tiap kali menjawab telpon dari semua orang selalu dihiasi COVID-19. Bahkan dalam tulisan saya saat ini pun Virus Corona harus ada. Tidak bisa dipungkiri suasana saat ini tidak senyaman biasanya tapi terlepas dari semuanya itu, saya masih bertahan hidup dan baik-baik saja. Mengerjakan banyak tugas kampus, membaca buku, menonton film, menikmati aktifitas dapur saya, menelepon sana-sini dan tidak flu. Saya masih bertahan!
Pada semester ini saya sedang mempelajari mata kuliah “Technology and Media in ESOL (English for Speakers of other Languages)”. Mata kuliah yang kemudian mengubah saya menjadi orang yang lebih berani mengeksplore aplikasi-aplikasi, game-game, website dan media-media online serta memperkaya saya dengan teknologi-teknologi yang belum pernah saya gunakan sebelumnya. Sejak awal kelas ini dimulai, saya sudah membuat pengakuan kepada Profesor dan teman-teman saya bahwa saya adalah orang yang tidak lancer dan kurang upgrade teknologi (non-native technology).Namun saya punya niat untuk berubah, teman-teman. Niat untuk mendapat banyak hal baru dari kelas ini dan membagikannya kelak kalau saya kembali ke Indonesia. Makanya saya masih bertahan walau jatuh bangun.
Profesor yang mengajar adalah seorang wanita yang keren menurut saya. Dr. Harrison Namanya. Sejak pertama kali melihat beliau saya selalu teringat pada J.K Rowling, Si penulis buku Harry Potter. Pernah sekali beliau tiba di kelas dengan menggunakan baju kaos dengan tulisan “The Leaky Cauldron” – nama sebuah bar dan penginapan, yang juga berfungsi sebagai gerbang masuk yang menghubungkan komunitas Muggle dan komunitas penyihir, pada Novel Harry Potter – dan beliau membuat saya tidak berhenti tersenyum selama perkuliahan berlangsung. Setiap hari selasa dan Kamis saya selalu kagum dengan gaya berpakaiannya. Santai dan keren. Saya juga suka cara beliau mengajar dan berinteraksi kepada mahasiswa. Beliau sangat ramah. Kelas-kelas Dr. Harrison selalu fun namun disiplin. Seperti saat ini. Kalian mungkin berpikir bahwa saya sedang menulis cerita atau blog seperti biasanya, namun tidak. Faktanya adalah tulisan kali ini dan nanti 2 tulisan berikutnya adalah tugas dari kelas “Technology and media for ESOL”.
So, Dear Dr. Harrison and my awesome classmates, melalui postingan saya kali ini, saya hendak mengenalkan aplikasi Zoom kepada teman-teman saya di Indonesia, terlebih khusus di Papua.
Ada beberapa teman penasaran bagaimana saya belajar saat ini dari rumah. Jawabannya adalah Zoom. Saya menghadiri tiap perkuliahan saya dengan menggunakan aplikasi Zoom. Kalau kamu sudah tau aplikasi ini berhenti saja disini, jangan lanjut membaca, namun jangan kemana-mana. #dirumaaja. Anyway, Zoom merupakan salah satu aplikasi komunikasi dengan menggunakan video. Aplikasi tersebut dapat digunakan dalam berbagai perangkat seluler, desktop, hingga telepon dan sistem ruang. Saya sudah lama mengenal aplikasi ini namun tidak sesering saat ini saya menggunakannya. Kita bisa menggunakan aplikasi ini untuk melakukan meeting hingga konferensi video dan audio. Aplikasi ini adalah aplikasi milik Amerika Serikat dan didirikan pada tahun 2011.
Aplikasi ini juga memiliki fitur-fitur yang canggih seperti Video dan Audio dengan kualitas high definition atau yang kita kenal dengan HD. Selain itu, Zoom juga menampung partisipan hingga 1000 orang dan 49 video di layar. Melalui aplikasi ini pengguna juga bisa berbagi layar untuk berkolaborasi dan menulis catatan untuk tiap pertemuan secara interaktif. Pengajar maupun peserta didik menggunakan opsi share screen saat mempresentasikan materi atau project mereka. Terkait keamanan apps ini didukung dengan end-to-end encryotion untuk seluruh rapat yang telah diagendakan melalui aplikasi Zoom, juga perlindungan password hingga keamanan pengguna. Berikut, pengguna juga bisa merekam jalannya meeting dan menyimpannya diperangkat masing-masing. Termasuk transcript chatting yang berlangsung ketika rapat.
Untuk menggunakan aplikasi ini, Anda dapat menggunakan Laptop maupun maupun handphone anda. Saya lebih suka menggunakan leptop karena screen yang lebih luas. Kalian bisa mengunduh aplikasi Zoom pada perangkat iOS maupun Android dengan nama Zoom Cloud Meetings. Setiap rapat yang dibuat dengan aplikasi Zoom akan memiliki nomor unik 9, 10, atau 11 digit yang disebut sebagai ID rapat. Para pengguna maupun partisipan rapat akan diminta untuk memasukkannya untuk bergabung dengan rapat Zoom. Jika Anda bergabung melalui telepon, Anda memerlukan nomor telekonferensi yang disediakan dalam undangan.
Well, teman-teman, kira-kira demikian sekilas cerita tentang saya dan aplikasi zoom yang saat ini sedang sering-seringnya saya gunakan. Tetap tinggal di rumah, teman-teman. Jaga daya tahan tubuh, tetap semangat, dan jangan lupa cuci tangan.
Auburn, Alabama, USA 20 April 2020 (Yes, saya lambat upload)
Comments