Saya tidak tidur lagi tadi malam. Bukan karena insomnia. Bukan pula karena peringatan akan adanya banjir dan tornado yang dikeluarkan oleh National Weather Service negara bagian Alabama. Saya sedang berjuang menyelesaikan berlembar-lembar tugas kampus dipenghujung semester ini. Berulang kali saya memijat pelipis dengan harapan akan memerah beberapa ide keluar dari kepala agar jemari terus menari di keyboard laptop. Lelah? Iya. Sesekali membatin, “Gila apa, coba Mer?”. Sejenak mengecek WA dan beberapa teman mengucapkan Selamat Hari Kartini di grup-grup. Sampai lupa saya kalau ini hari Kartini.
Saya bukan tipe wanita yang nyaman memakai kebaya. Saya pernah bercanda, kalau kelak suami saya seorang bupati saya akan menjadi Ibu bupati yang terus memakai rok atau celana panjang jeans kemana-mana saat menemani suami saya. Kata-kata itu saya ucapkan bukan karna saya benci kebaya, bukan. Saya selalu kagum melihat wanita-wanita berkebaya. Hal ini mungkin karna saya tidak sanggup membayangkan gerak tubuh saya yang aktif ini akan mampu ditangani kebaya. Terpujilah kaum wanita berkebaya yang sanggup melakukan banyak hal!
Saya juga bukan wanita yang berdiri gagah di garis depan untuk meneriakkan hak-hak wanita, ataupun yang mendobrak dinding-dinding prasangka sekitar seperti Raden Adjeng Kartini. Wanita Jepara yang keras kepala pada jamannya agar kaumnya bisa berpendidikan juga. Namun, satu hal yang pasti, saya adalah salah satu wanita yang juga percaya, bahwa tiap gagasan, ide-ide, dan semangat Ibu Kartini masih hidup sampai sekarang, bahkan lebih hidup. Lihat saja bagaimana Ibu pertiwi ini akhirnya juga bisa benar-benar menghadirkan seorang ibu yang berdiri dan memimpin bangsa ini di tahun 2001-2004. Presiden wanita pertama di republik ini, Ibu Megawati Soekarnoputri. Saya selalu percaya bahwa kaum perempuan juga bisa. Bisa berkarya, bisa sekolah, bisa berinovasi, bisa memimpin, bisa menopang, bisa memberi ide, bisa turun lapangan, dll. Bukan untuk menyaingi kaum pria atau membanding-bandingkan kebolehannya, tetapi untuk menjadi bagian yang juga terlibat dalam tiap proses kebaikan yang terjadi di dalam negeri ini maupun di dunia ini.
Ada satu hari dimana saya berhadapan dengan kalimat, “Merlyn, jangan sekolah tinggi-tinggi. Jangan terlalu pintar. Nanti laki-laki minder.” Lalu ujung-ujungnya? terlambat menikah? Begitu? Saya tersenyum tiap mengingat kalimat itu. Jika ada seorang perempuan yang berpendidikan lalu pasangannya meninggalkannya karena rasa minder atau merasa tersaingi oleh kepandaiannya, maka lelaki itu tidak cukup percaya diri dan tidak sanggup untuk menjadi penyeimbang wanita itu. Bisa jadi dia tidak ingin kamu bersinar, dia tidak ingin membiarkanmu bertumbuh menjadi versi terbaik dari dirimu. Saya selalu salut buat tiap lelaki yang membiarkan pasangannya memberdayakan diri, bersekolah, bekerja bahkan membantu mewujudkan impian pasangannya untuk berpendidikan tinggi. Karena para lelaki itu mungkin saja sedang mempersiapkan calon ibu yang baik bagi anak-anaknya. Seorang role model yang tidak perlu dicari anak-anaknya di TV atau Sinetron-sinetron. Saya tidak berkata bahwa wanita yang tidak bersekolah, atau yang tidak bersekolah tinggi, tidak berkualitas, ya… Jangan salah sangka. Saya berbicara soal wanita yang memiliki kesempatan untuk mewujudkan impian-impiannya namun terpaksa membatasi dirinya karena “kata orang”.
Mungkin beberapa dari kalian berkata, “Ngomong enak! Kirain gampang?”, “Mentang-mentang sekarang kuliah lagi.” No problem! Saya tahan banting dengan kata-kata itu. Ibu kita Kartini bilang, “Terkadang, kesulitan harus kamu rasakan terlebih dulu sebelum kebahagiaan yang sempurna datang kepadamu”. So, Ladies, jika hari ini menjadi seorang perempuan bukanlah hal yang mudah, tolong juga untuk selalu ingat bahwa hal-hal yang tidak mudah biasanya datang pada manusia-manusia tangguh yang tau bagaimana cara untuk bertahan dalam badai demi badai pergumulan hidup. Belajar dari Mama-mama Papua kita yang menggantung noken yang berisi hasil kebun yang berlimpah-limpah di kepala mereka namun masih mampu memanggul anak mereka diatas noken padat itu sambil menggendong anak babi, lalu berjalan kaki bermil-mil demi menghidupi keluarga mereka. Diam, beralun dalam doa, sabar penuh harap, dan menikmati proses dengan ketulusan. Lalu suatu waktu anak yang di gendongnya itu berhasil bersekolah tinggi, bekerja dan mengukir senyum diwajahnya.
Jika hari ini cita-cita Kartini hanya sebatas pelajaran sejarah yang kita pelajari kala kita di bangku SD, maka pandanglah sekitar dan temui tiap versi Kartini disekitar kita dalam diri Mama-mama kita, Oma/Nenek, Kakak/Adik perempuan, Ibu-ibu guru kita maupun sahabat wanita kita. Ambil tiap sari manis dari karya-karya mereka dan jadikan itu pelipur tiap kali jiwa mencapai titik terendah dalam proses juang kita.
Mari berani menjadi perempuan yang mampu saling mendukung sesama kaumnya. S
aling mengangkat, memotivasi dan menguatkan. Dan bukan malah saling mencemooh, menjatuhkan, atau bersaing untuk melebihkan gengsi dan ego. Jangan sampai kata-kata Soe Hok Gie menjadi nyata, "Perempuan akan selalu di bawah laki-laki, kalau yang diurusi hanya baju dan kecantikan". Karna wajah dan tubuh yang cantik nan anggun pada akhirnya akan hilang ditelan masa. Lalu yang tertinggal adalah tiap kenangan tentang kita. Tentang karya kita. Maka pastikan dari sekarang bahwa apapun yang kita buat saat ini berpotensi menjadi kenangan manis buat generasi-generasi kita nantinya.
Teruntuk perempuan-perempuan hebat disekeliling saya, Selamat memperingati Hari Kartini. Untuk tiap kesempatan udara emansipasi yang kita miliki saat ini, janganlah kita lupa untuk mensyukurinya.
![](https://static.wixstatic.com/media/a27d24_6799ba6ee9474f19b222e1dc43bad3fd~mv2.jpeg/v1/fill/w_980,h_1307,al_c,q_85,usm_0.66_1.00_0.01,enc_auto/a27d24_6799ba6ee9474f19b222e1dc43bad3fd~mv2.jpeg)
"Tahukah engkau semboyanku? 'Aku mau!' Dua patah kata yang ringkas itu sudah beberapa kali mendukung dan membawa aku melintasi gunung keberatan dan kesusahan. Kata 'Aku tiada dapat!' melenyapkan rasa berani. Kalimat 'Aku mau!' membuat kita mudah mendaki puncak gunung." (R.A. Kartini)
Auburn, Alabama, USA
21 April 2020
Comments