72 Tahun. 72 tahun bukanlah pencapaian usia yang mudah. 0 sampai 72 menorehkan kisah yang mendalam. Meninggalkan kenangan di dalam sukma. Kenangan tentang pahit manisnya darah, keringat dan air mata.
Kita boleh tersenyum hari ini di tengah hawa kemerdekaan. Kita bisa tersenyum di bawah indahnya Sang Saka yang ditiup angin. Namun kita tidak pernah tahu rasanya tulang belulang yang luluh lantak. Kita tidak pernah tahu berapa banyak darah yang telah tertuang. Kita tidak pernah tahu berapa banyak doa yang melambung ke angkasa. Kita tidak pernah tahu rasanya berjalan diatas tanah yang berembunkan peluh dan air mata. Kita tidak pernah tahu bahwa sesungguhnya melepas bambu runcing bukanlah hal yang mudah.
Berdosalah kita jika sampai saat ini masih ada tangis! Berdosalah kita jika saat ini masih ada yang meminta-minta! Berdosalah kita jika saat ini masih ada yang berlumuran darah! Berdosalah kita jika sampai saat ini kita menjadi kanibal di Negeri kita sendiri! Berdosalah kita jika tak ada aroma syukur di Negeri ini!
Ah, apakah senyum kita saat ini adalah senyuman kemerdekaan? Apakah senyum di bawah eloknya Merah-Putih yang berkibar adalah senyuman kebanggaan? Apakah senyum kita saat ini adalah senyuman syukur? Ataukah senyuman-senyuman itu adalah senyuman penghibur hati yang galau dari generasi 72?
Benar kata Pendahulu kita. Negeri ini kaya akan keanekaragaman ras, bahasa, budaya dan agama. Maka tak heran Negeri ini juga punya 1001 satu kisah yang belum terjawab. Termasuk kisah tentang hilangnya warisan perjuangan Nenek Moyang kita yang kini tinggal kenangan.
Gunung Salju, 17 Agustus 2017
Dirgahayu NKRI ke 72! Oleh: Merliana Trince.
Comments